Sejak pubertas, terjadi sederetan peristiwa pada alat-alat dalam, yang dikendalikan oleh hormon gonadotropik yang dilepaskan oleh hipofisis anterior secara siklik. Deretan peristiwa ini terulang setiap bulan disertai pengeluaran 50-250ml darah melalui vagina selama siklus 3-5 hari. Peristiwa ini dikenal sebagai haid (menstruasi) dan deretan peristiwa ini disebut daru (siklus) haid. Daur tersebut berulang secara teratur dengan jarak 28 hari, sampai menopouse pada usia 45-55 tahun (Green 2010).
Definisi lain dari menstruasi adalah perempuan dewasa yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya (Elham 2009). Sedangkan, menurut Ganong (2003), menstruasi adalah perdarahan vagina periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa uterus.

Bagaimana Siklus Menstruasi?

Menstruasi pertama (menarke) pada remaja puteri sering terjadi pada usia 11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarke sampai terjadinya menopause (Anita 2008).


Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang terjadi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause (Anita 2008).

Menurut Anita (2008) siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase, yakni fase folikuler, fase ovulatori, dan fase luteal.
1. Fase Folikuler
Fase folikuler dimulai dari hari ke-1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Saat pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur.
sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.

2. Fase Ovulatori
Fase ovulatori dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.

3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.

Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri.

Menurut Elham (2009), siklus menstruasi adalah selaput rahim (endometrium) yang mengalami perubahan-perubahan selama ± 1 bulan. Perubahan ini dibedakan menjadi beberapa masa, yaitu:
1. Stadium Menstruasi (Desquamasi)
Pada masa ini endometrium dicampakkan dari dinding rahim disertai perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal (stratum basale) berlangsung 4 hari Haid adalah darah, potongan-potongan endometrium dan lendir dari serviks. Darah tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan mukosa. Banyaknya perdarahan selama haid normal ± 50 cc.

2. Stadium Post Menstruasi atau Regenerasi
Luka yang terjadi karena endometrium di lepaskan berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari cestel kelenjar-kelenjar endometrium. Saat ini tebalnya endometrium ± 0,5 mm. Stadium ini berlangsung ± 4 hari.

3. Stadium Intermenstruasi atau stadium Proliferasi
Tebal endometrium ± 3,5 mm. Kelenjar tumbuhnya 7 cepat dari jaringan yang lain berkelok. Berlangsung dari hari ke 5 hari ke 14 dari pertama haid

4. Stadium Premenstruasi atau Stadium Sekresi
Bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Endometrium sudah tertimbun Glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur (mempersiapkan endoetrium untuk menerima telur)

Mungkinkah Menstruasi Saat Menopouse?

Pengertian Monepouse
Kasdu (2004) mendefinisikan menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti, men dan pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Rahman (1995), mengatakan menopause terjadi pada usia menjelang 50 tahun yang ditandai dengan berhentinya haid terakhir dari uterus yang dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel-sel telur.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause

Menurut Blackburn dan Davidson (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi menopause adalah:
a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch)
Semakin muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.

b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan
wanita yang tidak menikah dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibandingkan dengan wanita sebaya yang tidak bekerja dan menikah.

c. Jumlah anak
makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki menopause.

d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB)
Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatannya wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause.

e. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.

f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukaan laut
Wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di ketinggian <>

g. Sosio-ekonomi
Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosio-ekonomi.

h. Menopause yang terlalu dini dan menopause yang terlambat
Umur rata-rata wanita memasuki menopause pada umur 45 tahun sebanyak 4,3 % dan 54 tahun sebanyak 96,4 % sudah memasuki menopause. Sedangakan pada menopause terlalu dini ditemukan adanya penurunan fungsi kelenjar indung telur mulai umur 30-45 tahun.
Gejala Klinik

Ada beberapa gejala fisik yang banyak dialami oleh wanita menopause. Takesihaeng (2000) mengungkapkan gejala fisik yang mungkin dialami saat mencapai masa menopause adalah berupa rasa panas yang tiba-tiba menyerang bagian atas tubuh, keluar keringat yang berlebihan pada malam hari, sulit tidur, iritasi pada kulit, gejala pada mulut dan gigi, kekeringan vagina, kesulitan menahan buang air kecil, dan peningkatan berat badan. Pada saat rasa panas menyerang bagian atas tubuh, wajah dan leher menjadi merah padam, kadang timbul juga noda kemerahan dikulit dada, punggung dan lengan.

Kelainan Menstruasi dan Solusinya…

Nyeri Haid
Kebanyakan remaja puteri sering mengalami kram sewaktu menstruasi. Rasa sakit di perut bagian bawah, kadang meluas ke pinggul, punggung bagian bawah atau paha. Bahkan ada yang merasa mual, muntah, atau diare. Sedikit kram perut pada hari pertama atau kedua haid yang terjadi merupakan hal yang biasa. Lebih dari separuh perempuan mengalaminya. Namun sekitar 10% perempuan mengalami rasa sakit yang demikian hebat hingga perlu minum obat untuk dapat mengatasi rasa sakit tersebut (Anita 2008).

Bila tidak ada kelainan ginekologis, rasa nyeri tersebut disebut dismenorea primer. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar prostaglandin (zat yang membuat otot-otot rahim berkontraksi dan melepaskan dindingnya). Meskipun sakit, dismenorea primer tidak berbahaya. Rasa nyeri ini biasanya lenyap pada pertengahan usia 20-an atau setelah melahirkan. Rasa nyeri yang disebabkan oleh gangguan ginekologis disebut dismenorea sekunder. Hal ini bisa disebabkan oleh tumor fibroid (suatu tumor jinak pada dinding rahim), penyakit yang ditularkan akibat hubungan seksual, endometriosis, penyakit radang panggul, adanya kista atau tumor pada indung telur (Anita 2008).

Nyeri haid dapat diatasi dengan beberapa cara. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah meminum obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Cara yang kedua adalah berendam dengan air hangat. Namun apabaila terjadi nyeri haid yang sangat atau disertai demam, merasa mual yang tidak biasa, muntah atau nyeri perut, atau jika tetap nyeri setelah hari ketiga haid segera periksakan kondisi tersebut kepada dokter (Anita 2008).

Sindrom pramenstruasi (PMS)
PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid, sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai haid (Elham 2009).
Menurut Elham (2009), penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas, beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormoral yakni ketidak keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.

Teori lain menyatakan karena hormon estrogen yang berlebihan. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita. Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita ysng lebih peka terhadap perubahan hormoral dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan fisiko terjadinya PMS antara lain:

  1. Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti foksimia).
  2. Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum).
  3. Usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-35).
  4. Stress (faktor stress memperberat gangguan PMS).
  5. Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, teh, kopi, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, mempererat gejala PMS).
  6. Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magresium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat.
  7. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat mempererat gejala PMS.
    Kegiatan fisik (kurang berolah raga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).
PMS itu mempunyai beberapa macam tipe, menurut Abraham (2000) dalam Elham (2009), ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS.Pembagian tersebut berdasrkan gejalanya, yaitu PMS tipe A, H, C, dan D. 80% gangguan PMS termasuk tipe A. penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40% dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan (Abraham 2000 dalam Elham 2009).
PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitive, saraf tegang, perasaan lebih. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapatkan haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesterone. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi (Abraham 2000 dalam Elham 2009).

PMS tipe H (chyperhedration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam / gula pada diet penderita. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet serta membatasi minum sehari-hari (Abraham 2000 dalam Elham 2009).

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipogukemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hiplogikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stress. Tingginya garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6) atau kurangnya magnesium (Abraham 2000 dalam Elham 2009).

PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi) bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.

Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi di bandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS D dan A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stress.kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbale ditubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A (Abraham 2000 dalam Elham 2009).

Menurut Abraham (2000) dalam Elham (2009), pencegahan PMS (sindrom pramenstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Batasi konsumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah, (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
  2. Kurangi rokok atau berhenti merokok
  3. Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang)
  4. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan dan biji-bijian sebagai sumber protein.
  5. Batasi konsumsi makanan produk susu dan olah raga (keju,ice cream dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai pengantinya.
  6. Batasi konsumsi lemak dari bahan hewan dan lemak dari makanan yang digoreng.
  7. Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.

Disamping diet, menurut Abraham (2000) dalam Elham (2009) perlu diperhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS, yaitu:

  1. Melakukan olah raga dan aktifitas fisik secara teratur
  2. Menghindari dan mengatasi stress
  3. Menjaga berat badan, berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan resiko penderita PMS.
  4. Catat jadwal siklus haid anda serta kenali gejala PMS-nya
  5. Perhatikan pula apakah anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan (haid) berikutnya.

Menurut Elham (2009) terdapat lima gangguan/kelainan menstruasi yang paling sering muncul, yaitu:

  1. Ougomenore adalah jangka waktu haid terlalu lama
  2. Polimenore adalah terlalu sering haid
  3. Hipermenorea adalah darah haid terlalu banyak
  4. Hipomenorea adalah darah haid terlalu sedikit
  5. Amenore adalah tidak haid sama sekali

Penyebab utama gangguan menstruasi ada dua. Pertama, kelainan organ seperti miamo, kanker atau polip. Kedua, kelainan hormonal. Kelima gangguan menstruasi diatas, ada yang berbahaya dan ada yang tidak berbahaya. Polienore dan hipermenore adalah gangguan menstruasi yang berbahaya. Terlalu sering haid (polimenore) misalnya 2 minggu sekali dapat menyebabkan anemia, begitu juga dengan hipermenore dapat menyebabkan anemia. Polimenore dan hipermenore juga berhubungan dengan gangguan bekuan darah dan miamo. Polimenore yang terkait dengan ganguan hormoral, dapat terjadi pada perempuan yang mengalami peralihan dari masa subur kemasa menopause. Polimenore juga dapat terjadi pada perempuan muda menjelang haid pertama kali (Elham 2009).

Faktor penyebab hipermenore adalah miamo uteri, polip endometrium, endometritis. Suntuk KB pil atau suntik, oligomenore berhubungan dengan penyakit polikistik ovarium. Yang menyebabkan perempuan tidak dapat menghasilkan sel telur, sehingga terjadi ovulasi yang pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan hormon, akibatnya jangka watu haid sangat lama (Elham 2009).

Perempuan dikatakan amenore jika tidak menstruasi lebih dari 5 bulan sejak menstruasi terakhir. Amenore dibagi menjadi dua yaitu primer dan skunder. Amenore primer terjadi pada perempuan yang tidak pernah mendapatkan haid, tapi kemudian berhenti karena anovulasi. Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan dari lahir. Sedangkan amenore skunder dapat disebabkan karena kehamilan, penggunaan Keluarga Berencana (KB) (Elham 2009).